- Back to Home »
- Biologi , Zoin »
- ZOOLOGI INVERTEBRATA | Praktikum IV | Platyhelminthes
Posted by : Unknown
Selasa, 10 Juni 2014
Bentar lagi saya jadi kating nih *read : Kakak Tingkat ^_^
Bagi analisis data ah.. Postingan ini bisa membantu
adik-adik tingkat dalam mengerjakan laporan. Yosh~
Selamat datang MaBa 2014 Pendidikan Biologi UNLAM !!!
PRAKTIKUM IV
Topik :
Platyhelminthes
Tujuan : 1.
Mengetahui ciri morfologi dari phyllum Platyhelminthes.
2.
Mengamati
cara gerak / jarak jarak tempuh Platyhelminthes (Planaria).
3.
Mengamati
cara makan Planaria.
ANALISIS DATA
1. Fasciola hepatica
(cacing hati)
Klasifikasi :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Trematoda
Ordo :
Digenia
Family :
Digeniadae
Genus :
Fasciola
Species
: Fasciola hepatica
Sumber
: (Verma, 2002)
Fasciola
hepatica yang dewasa hidup sebagai parasit dalam kantung
empedu atau hati pada hewan vertebratae, kadang-kadang juga ditemukan pada
manusia. Mulut terletak di sebelah anterior. Di sekitar mulut dan di daerah
ventral terdapat alat hisap yang fungsinya sebagai alat penempel pada
hospesnya, yaitu mamalia dan siput. Alat hisap tersebut dilengkapi dengan
otot-otot yang tersusun atas 3 lapisan dan terletak di bawah ektoderm : 1)
lapisan luar melingkar; 2) lapisan tengah longitudinal; 3) lapisan dalam yang diagonal.
Di antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital yang berfungsi
sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak dekat akhir
posterior, dan terdapat lubang lain sebagai akhir dari saluran Laurer. Makanan
cacing ini berupa jaringan atau cairan-cairan tubuh dari inang.
Tubuh cacing hati berbentuk
lonjong, tipis, pipih dan tidak memiliki segmen, berbentuk seperti daun dengan
panjang 3-5 cm dan lebar sekitar 1 cm. Tubuh cacing ini triploblastis, dimana ektodermnya yang tipis
ditutupi oleh kutikula yang berfungsi
untuk melindungi jaringan dibawah yang terdapat pada inangnya. Endoderm
hanya melapisi saluran pencernaan. Cacing ini hidup pada habitat air tawar dan tempat-tempat yang lembab.
Sistem pencernaan sederhana, dimulai
dari mulut, kemudian pharynx yang merupakan saluran pendek, oesophagus, usus
yang terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior menuju
posterior. Cabang utama itu pun akan bercabang-cabang lagi. Cacing hati tidak memiliki sistem sirkulasi. Sistem ekskresinya
hanya melalui lubang pembuangan ke luar
yang terletak pada saluran utama.
·
Siklus Hidup cacing Fasciola hepatica (http:www.e-dukasi.net.com)
a. Cacing
dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba.
Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses
domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva
bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke
dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
b. Di
dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam
tubuh siput selama + 2 minggu).
c. Sporokista
akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis.
d. Redia
akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang
disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus
jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
e. Di
luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama.
Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus
diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan
air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
f. Apabila
rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya,
kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa
bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.
Dalam
daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu:
1) Inang
perantara yaitu siput air
2) Inang
menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba.
2.
Planaria sp
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class :
Turbellaria
Ordo :
Tricladida
Sub ordo :
Paludicola
Family :
Tricladidae
Genus : Planaria
Species : Planaria sp
Sumber :
(Verma. 2002)
Planaria sp dapat ditemukan di sungai, mata air, kolam dan danau di bawah
batu-batuan atau di tempat-tempat yang agak dingin. Biasanya
cacing ini menempel di batuan atau di daun yang tergenang air. Bila kita ingin
mengambil cacing ini cukup kita beri umpan sepotong daging ke perairan yang
kita duga terdapat cacing itu. Bila ditempat itu memang ada cacing Planaria sp maka cacing tersebut akan
menempel pada umpan.
Bentuk
tubuh Planaria ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang
berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing.
Panjang tubuh planaria sekitar 5-25 mm, tetapi bagi Planaria yang hidup di
darat dapat mencapai 60 cm. Bagian tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap
daripada tubuh sebelah ventral.
Di
tengah-tengah bagian dorsal kepalanya ditemukan sepasang bintik mata yang
sensitif terhadap rangsangan sinar. Oleh karena itu, Planaria dapat membedakan
gelap dan terang, namun demikian Planaria tidak dapat melihat.
Kira-kira
di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor ditemukan lubang
mulut. Lubang mulut ini berhubungan dengan kerongkongan atau pharynx yang
dindingnya dilengkapi dengan otot daging sirkular maupun longitudinal.
Kerongkongan ini dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur,
kerongkongan tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan biasa disebut
proboscis.
Di
bagian kepala yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang
menyerupai telinga yang biasa disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala
terdapat bagian tubuh menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian
kepala, disebut bagian leher.
Cacing ini bergerak dengan cara
mengangkat bagian posterior tubuhnya. Tepat dibawah bagian kepala, yaitu bagian
samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga. Dan tepat
dibawah kepala terdapat bagian menyempit yang menghubungkan bagian badan dan
bagian kepala yang disebut leher. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral
ditemukan zona adesif. Zona adesif tersebut menghasilkan zat yang liat yang
berfungsi untuk melekatkan diri dipermukaan benda yang ditempelinya. Di
permukaan ventral pada tubuh terdapat rambut-rambut getar halus yang berfungsi
dalam pergerakan. Gerakannya lurus
sepanjang lendir yang diekskresikannya.
Makanan cacing ini terdiri dari
hewan-hewan kecil lainnya yang masih hidup maupun yang telah mati. Cara makan
atau menangkap mangsa pada Planaria, mula-mula Planaria sp bergerak meluncur selama mengejar mangsanya kemudian
ujung anteriornya dibelokkan apabila tersentuh oleh mangsa kemudian Planaria akan melingkarinya. Dengan
lendir excert glandulae mucosae yang terdapat di sepanjang sisi badan dan
kapsula, maka mangsa dapat lingkari dengan erat menangkap mangsa. Setelah itu
mangsa yang sudah dilingkari tadi dimasukkan ke dalam mulutnya. Kemudian Planaria sp diam dengan separo badan
mangsa pada bagian anterior dan separo badannya diliputi bagian posteriornya.
Untuk selanjutnya faring akan ditonjolkan keluar untuk mengambil mangsa dan
dengan segera mangsa ditarik masuk ke dalam mulut bersama faring.
Sistem
pencernaannya terdiri atas mulut, proboscis, faring dan usus yang bercabang.
Mulut terletak pada permukaan ventral tepatnya di bagian belakang tengah
tubuhnya. Proboscis yaitu tenggorokan yang dapat ditonjolkan ke luar yang
terletak kira-kira di tengah-tengah mulut. Faring terletak tepat di belakang. Makanan
masuk melalui mulut, dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus.
Cabang usus tersebut ada 3, satu menuju anterior dan dua menuju posterior. Makanan
yang tidak dicerna akan dikeluarkan kembali melalui mulutnya karena Planaria sp. tidak mempunyai anus.
Planaria
sudah memiliki alat indera yang berupa bintik mata dan indera aurikel, yang
keduanya terletak di bagian kepala. Planaria bersifat hermafrodit, maka di
dalam tubuh terdapat alat kelamin jantan maupun alat kelamin betina
Planaria
akan menghindarkan diri apabila terkena sinar yang kuat. Oleh karena itu pada
siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun
atau di bawah obyek-obyek yang lain. Di bawah sinar difus, cacing itu aktif
bergerak, berenang-renang ataupun merayap. Biasanya mereka berkelompok antara 6
– 20 ekor. Pada waktu istirahat biasanya mereka melekatkan atau menempelkan
diri pada suatu obyek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar lendir yang terdapat pada zona adesif dari pada tubuh.
Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur.
Planaria mempunyai arah tubuh tubuh yang jelas, yaitu arah : anterior –
posterior dan dorsal – ventral.